Annyonghaseyo

Saturday, October 15, 2011

Kasus produksi Toyota



Masalah produksi kini sedang gempar-gemparnya salah satunya di negeri sakura. Karena sebagian besar perusahaan-perusahaan terutama di Indonesia memproduksi barang dari jepang. Tetapi Gempa bumi dan tsunami yang menghantam Jepang pada 11 Maret lalu menimbulkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap industri otomotif Negeri Sakura di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Jepang seperti Toyota, Honda, Dai hatsu, Nissan, saat ini mengalami masalah produksi secara global.Toyota Motor Corporation, pada sesi penutupan perdagangan saham di New York Stock Exchange, Amerika Serikat pekan lalu telah mengumumkan secara resmi rencana penurunan produksi pada sebagian besar pabriknya di dunia.

Secara umum, TMC (Toyota Motor Corporation ) memutuskan penurunan produksi secara drastis hingga 50% dari kapasitas normal karena pabrik microchip, bahan baku cat serta beberapa jenis karet telah hancur akibat gempa-tsunami.

Padahal pabrik pabrik tersebut memasok kebutuhan produksi bagi sebagian besar pabrik Toyota di berbagai negara. Microchip elektronik tersebut berperan penting untuk mengendalikan fungsi beberapa peralatan keamanan seperti airbag, antilock bracking system (ABS) dan beberapa fungsi lainnya.

Saat ini, rata-rata pabrik Toyota hanya beroperasi dengan sisa stok komponen yang harus diatur pasokannya ke seluruh dunia agar semua pabrik tetap bisa bekerja kendati dengan separuh kapasitas. Mengalami masalah akibat gempa-tsunami adalah pemasok second tier. Khusus di Indonesia, mulai hari ini hingga setidaknya 4 Juni, produksi Toyota di pangkas hingga 50% dari kondisi normal.“Pabrik TMMIN akan beroperasi 3 hari dalam seminggu, dengan kapasitas 50% mulai 25 Juni-4 Juni, tetapi secara keseluruhan kemampuan operasi kami akan kembali normal sepenuhnya November atau Desember 2011. Sementara untuk penyebaran komponen ke luar negeri, Toyota mengakui baru bisa mengoptimalkannya sekitar 40%. Keyakinan perusahaan bahwa kegiatan produksi memang sudah bisa berjalan pada Juli di Jepang dan pada Agustus untuk negara lain. Akan tetapi, hal tersebut masih dalam tahapan perbaikan sehingga kemungkinan belum optimal 100%.

Toyota memang tak bisa memungkiri akan dampak negatif tsunami dan gempa berskala 8,9 SR lalu. Bahkan, kini mereka masih harus melakukan penundaan akan perakitan beberapa produknya untuk para konsumen. Sementara ini beberapa pekerja pabrik dikirim ke zona bencana untuk membantu perbaikan tempat produksi. Apalagi kerusakan beberapa pasokan komponen mikro telah berdampak besar terhadap perkembangan industri otomotif. Gangguan produksi di pusat sana juga turut berpengaruh terhadap Negara,. Masalahnya ada pada pasokan komponen ‘microchip’.

Seiring pertumbuhan industri otomotif dunia yang semakin baik, seluruh pihak Toyota bekerja sama untuk mengatasi masalah produksi itu. Aiko Toyoda mengakui kalau sulit untuk membaca apa yang akan terjadi ke depannya. Ia pun tak mau banyak berspekulasi akan berapa banyak lagi unit akan hilang. Sebelumnya diketahui bahwa perusahaan telah kehilangan 500.000 unit produksi kendaraan.

Wakil Presiden Pembelian Toyota Shinichi Sazaki mengemukakan bahwa perusahaan telah menerima banyak pesanan model. Penundaan pun tak bisa dihindari. Namun, dukungan dari berbagai ‘dealer’ di seluruh wilayah kompak berjalan. Konsumen diberi pengertian dan keyakinan bahwa pasokan mobil akan tersedia akhir tahun ini.

Sebagai informasi, Toyota telah memotong kapasitas produksinya di Amerika Utara dan China hingga Juni, serta di Eropa hingga Mei. Sebagian pabrik di sana hanya dapat beroperasi optimal 30-50%.

Tak hanya itu, Cobaan beruntun nampaknya sedang melanda Toyota Motor Corp. Belum lagi masalah recall produk selesai, kini pabrikan otomotif asal Jepang tersebut terancam denda US$16,4 juta atau sekitar Rp 148 miliar lebih. Pasalnya, Toyota dinilai sengaja menutup-nutupi kecacatan pada beberapa produknya. Namun hal ini terjadi di Amerika Serikat, dimana  perbuatan Toyota tersebut dituding dapat membahayakan konsumen Dalam beberapa bulan terakhir, Toyota Motor Corporation memang menarik kembali sekitar 10 juta kendaraannya. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi produksi Toyota yang melonjak lebih dari 80 persen pada Maret 2010, dibandingkan tahun lalu. 

Toyota dan anak perusahaannya--Daihatsu dan Hino--menghasilkan 860.534 kendaraan pada bulan Maret, dengan perolehan keuntungan 82,2 persen. Sedangkan Toyota terdiri dari bagian terbesar jumlah produksi sebanyak 773,297 mobil, truk, dan SUV--96,7% sejak Maret 2009.


Masalah yang dihadapi Toyota di antaranya adalah pedal yang lengket dan masalah pengereman pada mobil Toyota Prius hibrida
yang berpengaruh pada akselearsi yang tidak diinginkan. Padahal pada bulan November perusahaan tersebut telah menarik
(recall) sebanyak 5,3 Juta kendaraan terkait dengan masalah pada floor mat yang mengganjal pedal gas. Total penarikan (recall) akibat kesalahan atau failure yang berhubungan dengan pedal jadi berjumlah sekitar 10 Juta unit di seluruh dunia.
Penarikan Toyota terbaru dilakukan pada pertengahan April dengan manarik 600 ribu minivan Sienna untuk mengatasi potensi karat pada kabel ban cadangan.




No comments:

Post a Comment